PENGGIAT PERTANIAN ORGANIK MILENIAL
Robaeli Ndruru, Kenalkan Sayuran Sehat Produk Hidroponik Organik
Bertani Itu Menyenangkan, Hasilnya pun Menjanjikan
Pertanian Organik
Robi N Owner MSTECH dan Formulator TOP DWE Pupuk Organik Cair Komplet- Pertanian Organik Milenial |
DWI AGUS, Jogja
Pertanian Organik Dewasa ini bertani tak lagi hanya bicara ladang, sawah, cangkul,
dan pupuk. Era yang serba canggih saat ini, bertani juga bisa menjadi kegiatan
yang sangat menyenangkan. Pun bagi kawula muda. Perpaduan teknik tanam dan
teknologi modern menghadirkan aura dunia pertanian menjadi berbeda.
Inilah yang dilakoni Robaeli Ndruru. Pria kelahiran Nias,
Sumatera Utara, ini memiliki pandangan visioner tentang bertani.
Bukan dengan cara konvensional. Robi, sapaan akrabnya, mengembangkan teknik micro greens, vertical garden, dan aquaponic.
Pertanian Organik dan Kalangan Muda
“Tujuan saya menarik semua kalangan. Khususnya generasi
muda.Agar mau menggeluti pertanian,” ujar Robi di sela pameran pertanian di
halaman kantor Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIJ, Rabu (29/5).
“Selain menyenangkan, dari segi penghasilan juga menjanjikan,”
tambahnya.
Menarik minat generasi muda untuk bertani memang bukan perkara
mudah. Padahal, asal dijalankan secara serius, prospek pertanian cukup cerah.
Tentang organic milenial, suami Idaawati ini menceritakan satu
per satu metode yang diusungnya. Aquaponic, misalnya. Merupakan perpaduan aquakultur dan
hidroponik. Tak ubahnya mina padi. Namun dikemas dengan cara yang lebih
sederhana.
Air dialirkan ke atas tanaman. Filter penyaring diganti dengan
boks beriisi tanaman hidprononik atau pot. Akar tanaman inilah yang menyaring
kotoran ikan. Air dari boks dialirkan ke wadah pengendapan.
“Sirkulasi ini terus mengalir, sehingga air tetap bersih, ikan
sehat, dan tanaman subur,” jelasnya.
Pertanian Organik dan Formula TOP D'WE
Koordinator masyarakat pertanian organik Indonesia wilayah
Jogjakarta ini juga meramu dengan pupuk buatannya sendiri. Top D’We.
“Sayur jadi lebih lebat dibanding dengan media tanah. Lalu akar
dari sayur juga memberikan suplai oksigen ke air,” katanya.
Dengan sistem itu ikan jadi lebih sehat dan lincah. “Kalau
dimasak, daging ikan terasa lebih segar dan manis,” sambung bapak dua anak itu.
Jogja – Mengusung konsep organik milenial, Robaeli Ndruru menjadikan kegiatan bertani menjadi aktivitas yang menyenangkan. Dia mengembangkan teknik micro greens, vertical garden, dan aquaponic. |
Pertanian Organik ini, Robi telah menerapkan teknik ini dalam skala yang lebih besar.
Dia juga membandingkan dengan pola tanam media tanah dalam polibag. Dengan
objek tanam buah tomat. Sama-sama tumbuh, tapi yang media tanah tanaman tumbuh
stagnan. “Kalau yang aquaponiclebih lebat dedauannya. Buahnya
juga lebih lebat. Hasil panen bisa tiga kali lipatnya,” klaimnya.
Aquaponic bahkan bisa dikombinasikan
dengan aquarium ikan hias. Dia membuktikannya dengan sebuah foto. Dengan objek
akuarium berbentuk kotak. Yang di atasnya tanaman sayuran konsumsi. “Sangat
aman. Kalau memang ada kimianya pasti ikan mati,” katanya meyakinkan.
Menggeluti profesinya, Robi beracuan pada sistem pertanian
berbasis organic. Sesuai standar nasional Indonesia (SNI) dan standar
kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI).
Kesuksesan yang diraihnya dalam pertanian organik, bukan tanpa kegagalan. Robi justru
kerap menelan pil pahit. Beragam percobaannya pernah sering gagal. Sejak 2009.
Dia sempat kehilangan ikan-ikan miliknya. Menerapkan teknik kolam dengan media
terpal. Dua minggu berselang seluruh ikannya mati. Usut punya usut dia salah
dalam menerapkan teknik sirkulasi air.
Tak mau berhenti dia terus menggerus kegagalan itu - Pertanian Organik
Sejarah perjalanan dalam menekuni Pertanian Organik, Hingga akhirnya dia menemukan ramuan yang tepat. Setelah lima
tahun bergelut dengan eksperimen. Sampai 2013. Setelah berhasil dengan aquakultur,
sejak 2014 dia mulai merambah hidroponik.
Kegagalan itu bukan tanpa alasan. Maklum, dia tak punya latar
belakang pertanian. Juga bukan sarjana pertanian. Dia justru mengawali karir
sebagai guru di Palembang.
Empat tahun menjadi tenaga pengajar timbul kegelisahan dalam
hati. Dia pun memantapkan hati hijrah menjadi petani. Modalnya nekat. Dan rasa
penasaran. Lulusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma Jogja
ini belajar secara otodidak. Lewat buku. Dan rajin bertanya kepada ahli. Serta
berguru langsung kepada para petani.
“Seakan jiwa petani benar-benar memanggil. Apalagi orang tua
saya juga petani di kebun durian. Dulu sering gagal panen, saya terpanggil
untuk memperbaiki dan mencari apa yang salah,” ujarnya.
Gagasan lainnya micro greens. Teknik ini bisa dibilang
paling unik. Tanaman sayur dipaksa untuk tidak tumbuh besar. Di pot-pot
berukuran kecil.
Ada satu pot yang terharmonisasi indah dengan tanaman berwarna
merah dan hijau. Siapa sangka tanaman ini ternyata bayam merah dan hijau.
Sekilas tanaman itu mirip kecambah. Karena ukurannya sangat
kecil. Sepanjang sekitar lima sentimeter. “Itu sudah siap konsumsi lho,
Mas. Jangan salah, kecil-kecil begitu nutrisinya bisa 10 kali lebih banyak dari
bayam yang ukuran besar,” ungkapnya.
Sayuran micro greens bisa menjadi
alternatif santapan bagi anak-anak. Dari segi rasa, sayuran ini tidak pahit.
Tanaman micro
greensjuga bisa menjadi hiasan di sudut rumah. Apalagi jika
dipadukan dengan vertical garden. Cukup ditatap dalam
sebuah rak bersusun. Ditambah kelihaian dalam memadukan beragam benih dalam
satu pot.
Teknik Pertanian Organik yang Akan Populer
Teknik pertanian yang dikembangkan Robi begitu ternyata kurang
populer di kalangan petani konvensional dan generasi muda. Menurutnya, pola
yang berkembang saat ini masih cenderung mengacu pada hidroponik kimia.
Karena itu dia mengajak siapa pun yang tertarik dengan pola
hidroponik organik mengunjungi workshop-nya di Jalan Kaliurang KM 19,
Banjarsari, Purwodadi Pakembinangun, Pakem, Sleman. Untuk berbagi ilmu. Untuk
mengubah gaya hidup dan pola konsumsi sayuran sehari-hari.
“Minimal tahu apa yang kita makan. Kalau menanam sendiri kanlebih
afdol,” ujarnya. (yog/rg)
Kontak segera:
WA: 0822 2083 5814
WA: 0822 2083 5814